Dikalangan
anak kecil atau balita, sifat ingin tahu pada diri mereka sangat tinggi. Sifat ingin
tahu ini dapat mengarahkan kepada hal positif ataupun negative. Selain dari
balita, yang mempunyai rasa ingin tahu adalah para peniliti. Hal memang
merupakan sifat yang harus ada pada diri seorang peneliti. Sekarang yang
menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan rasa keiinginan tahuan itu
muncul pada balita dan penilit? Apakah keduanya memiliki kesamaan yang sangat
mendasar?
Ini merupakan
suatu misteri yang menurut penulis perlu
untuk ditelusuri. Menurut penulis rasa keiingin tahuan menggambarkan kualitas
IQ yang dimiliki oleh sesorang baik balita atau peneliti. Teori mengatakan
bahwa “rasa ingin tahu anak = anak cerdas”. Hal ini tentu saja berkaitan dengan
seorang peniliti yang memiliki rasa ingin tahu sangat besar sudah pasti merupaka
seorang yang cerdas. Misalnya Thomas Edison, Leonardo da Vinci, Albert
Einstein, semuanya mempunyai karakter penasaran. Namun, apakah rasa ingin tahu
muncul dengan begitu saja? Tentu tidak.
Banyak proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk meningkatkan rasa ingin tahunya. Salah satu cara yaitu dengan menambah
ilmu yang diperolehnya. Balita dapat menambah ilmu dengan melihat apa saja
disekitarnya. Dan seorang peniliti dengan membaca buku. Seorang balita semakin
banyak melihat peristwa atau benda yang berbeda-beda akan menimbulkan pertnyaan
atau rasa ingin taunya. Sedangkan seorang peniliti dengan membaca buku yang
banyak dapat menumbuhkan rasa ingin taunya. Oleh karena itu, rasa ingin tau
dapat timbul dengan melakukan/memperhatika hal yang berbeda disetiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar